Perjuangan Memertahankan
Pernikahan Perjodohan
![]() |
id.carousell.com
"Setiap rumah tangga pasti ada persoalan, tapi harus dihadapi, jangan lari, semakin kita lari, permasalahan itu semakin gede"-Bude Tari
Pernikahan merupakan bersatunya dua insan dalam sebuah ikatan atas
nama Tuhan. Pernikahan bisa melalui banyak jalan, seperti diawali pacaran
hingga perjodohan. Cerita bermula saat Btari Hapsari menikah dengan Byantara
Wicaksana lantaran perjodohan. Bian-sapaan Byantara Wicaksana, terpaksa menikahi
Tari-sapaan Btari Hapsari supaya sang ibu lekas pulih dari penyakit yang
dideritanya.
Tari digambarkan sebagai wanita sukses berbisnis roti goreng yang taat
pada perintah agama. Ia memiliki sahabat karib bernama Ami yang menjadi
sandarannya selama ini. Mereka sering menghabiskan waktu bersama seperti bisnis
hingga kajian agama. Ami-lah yang menjadi tempat curahan hati perihal
permasalahan rumah tangganya.
Tokoh lainnya dalam novel ini adalah Bian. Bian adalah lulusan
elektro yang tengah bekerja kantoran. Ia tipe family man dan sayang
keluarga, terlebih ibunya. Saat ibunya tengah mengidap sakit, Bian terpaksa menerima
perjodohan, merealisasikan permintaan ibu tercinta agar segera sembuh dan pulih
sedia kala.
Tari sejak awal mengimpikan pernikahan yang sakral seperti ayah,
bunda dan pakde serta budenya. Ia beperpegang teguh pada ajaran Islam yang
mengajarkan untuk memulai segala hal baik dengan cara yang baik, tak terkecuali
pernikahan. Pernikahan merupakan perintah Allah, sunnah Nabi Muhammad saw., ibadah yang baik dan seyogiayanya dimulai
dengan cara yang baik pula.
Tari yang notabene seorang wanita yang dibesarkan dengan keluarga
yang penuh cinta nilai-nilai Islami, sudah sewajarnya mendamba keluarga
binaannya serupa. Maka dari itu, ketika pakdenya memutuskan untuk menerima
pinangan orang tua Bian, Tari bersyukur dan antusias karena bisa mewujudkan
keinginannya selama ini, mengikuti pijakan Islam, yakni menikah tanpa melalui
pacaran dan sejenisnya.
Akan tetapi, segala hal yang telah dimulai dengan cara yang baik
belum tentu menjamin kelancaraan proses yang akan dijalani. Bian yang sedari
awal terpaksa menikahinya, ternyata telah merancang kesepakatan pernikahan
antara dia dan dirinya. Di dalamnya berisi perjanjian untuk mengisi biduk rumah
tangga sebagai orang asing yang tak saling mengenal, mengurus keperluan
masing-masing tanpa mencampuri urusan yang lainnya dan berbatas waktu selama
satu tahun saja. Lewat satu tahun, mereka akan bercerai dan Bian akan menikahi
seseorang yang menjadi kekasihnya sejak di bangku kuliah, Sarah.
Sontak, Tari kaget bukan kepalang. Ia tak mengira, suami yang hanya
dikenal selama sebulan ini adalah orang yang telah menghancurkan impiannya
sendiri. Tapi Tari tidak tinggal diam. Ia mencoba segala cara agar sang suami
bisa luluh dengannya. Namun, lagi-lagi, semua usaha yang ia perjuangkan,
hasilnya nihil. Bian selalu saja kembali pada Sarah dan hanya menghargai
keberadaan Tari saja. Akankah perjuangan Tari berakhir sia-sia?
Novel yang telah diangkat ke layar lebar ini mengajarkan bahwa pernikahan
yang baik dan diawali dengan cara yang baik akan menghasilkan pribadi yang jauh
lebih baik lagi. Kelebihan novel ini, selain dikemas dengan ringan, begitu apik
dan mudah dipahami, juga sukses menghantarkan pesan agama yang sangat mengena.
Sejauh membaca novel ini, saya belum menemukan kekurangan di
dalamnya. Penulis sepertinya memerhatikan konsep dan detail dengan matang,
sehingga sayapun terbius akan tiap kata per katanya. Novel ini seperti mengajak
pembaca untuk merenungi dan introspeksi diri perihal bagaimana kehidupan yang
telah dijalani. Novel ini juga cocok dibaca siapapun baik
yang belum menikah dan telah menikah.
Happy reading yeay!
Rate: 9/10
genre: agamis, komedi, romance
0 Comments