“Tiada kehidupan yang sempurna, ini dunia, bukan surga” -alf
Judul: Filosofi Teras
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Tahu Terbit: 2019
Jumlah halaman: 312 hal.
Rate: 4,5/5
![]() |
arizzya.com |
Barangkali sebagian dari kita mengira, saat
mendengar kata filsafat rasanya merujuk pada hal yang liar, ke barat-baratan,
tidak Islami dan sebagainya. Ya ngga salah sih, memang ada filsafat yang
seperti itu, khususnya yang beraliran positivism. Namun hal tersebut agak bertolak
belakang dengan Stoa (filsafat teras). Filsafat ini berasal dari filsafat
Yunani-Romawi kuno. Eitss, tapi bukan tentang filsafat yang dibayangkan oleh
orang-orang awam, melainkan penerapan filsafat untuk memiliki mental tangguh
masa kini.
Ini buku filsafat pertama yang ringan
bagiku. Mungkin karena isinya lebih ke self-improvement, jadi bisa
dibaca semua kalangan, ngga hanya orang-orang akademisi 😇
Secara umum, buku ini terbagi menjadi 12
bab yang di antaranya terdiri dari survei khawatir Nasional, hidup selaras
dengan alam, dikotomi kendali, Teknik S-T-A-R, memperkuat mental, hidup di
antara orang yang menyebalkan, menghadapi musibah, menjadi orang tua, citizen
of the world, tentang kematian dan refleksi penulis atas input yang
telah didapat sejak menerapkan filosofi teras dalam hidupnya.
Yang paling ngena adalah wacana dikotomi
kendali, teknik S-T-A-R dan ilmu parenting. Bener-bener bisa ngasih postive
vibes saat aku 'galau' karena harus sabar dengan jadwal seminar proposal
(sempro) yang ditunda jurusan. Yups, harusnya aku bisa sempro sebelum berangkat
PKL, namun karena saat itu kuota belum terpenuhi, alhasil semproku harus
tertunda hingga 2 bulan lamanya.
Buku ini mengajarkan bahwa walaupun kita
telah berusaha maksimal, namun ada begitu banyak hal di luar kendali kita
—tetapi sayangnya, hal tersebut yang justru membuat kita sedih, terpuruk,
bahkan berlarut-larut pada sesuatu yang tidak semestinya.
Well, buku
ini sebenarnya relate dengan kehidupan perduniawian kita. Selain itu, ada
banyak quote dan istilah English yang dilengkapi terjemahan Indonesia.
Sebagai penutup, aku menghadiahi quote di
bawah ini:
"Jangan hanya berkata kamu sudah
membaca banyak buku. Tunjukkan bahwa melalui buku-buku tersebut kamu telah
belajar untuk berpikir lebih baik, menjadi seseorang yang bijak memilih,
memilah, dan merenung. Buku-buku bagaikan latihan beban bagi pikiran. Buku
sangat membantu, tetapi sangatlah keliru jika kita mengira kita sudah menjadi
lebih baik hanya dengan menghafal buku itu." —discourses (hal. 275)
0 Comments