Looking For Anything Specific?

Peradaban Islam di Indonesia: Proses dan Pola Islamisasi Nusantara

 

Sebuah Masjid di Aceh (unsplash.com)



Makalah Ini Diajukan untuk Penugasan Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh:

Alfiyah Rizzy Afdiquni (16150109)

Ana Zahrotun (16150014)

Imron Ichwani (16150051)

Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Mala

2016/2017


Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.

Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.

Namun, yang pasti hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.

Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.

Islamisasi merupakan suatu proses yang sangat penting dalam sejarah Islam di Indonesia yaitu sejarah tentang berdirinya kekuasaan sosio politik Islam di bumi Nusantara.

Masuknya Islam di Indonesia


Ada dua pendapat mengenai masuknya islam di Indonesia. Pertama, pendapat lama, mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan antara lain oleh N.H Krom dan Van Den Berg.

Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.
Kedua, pendapat baru yang menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M atau abad 1 Hijriah.

Pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Taher Al-Hadad, A. Hasjmy, dan Thomas W. Arnold.

Kepastian kapan dan dari mana Islam masuk di Nusantara memang tidak ada kejelasan. Setidaknya ada tiga teori yang mencoba menjelaskan tentang itu. Yaitu: teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia.

Munculnya tiga teori yang berbeda ini, disinyalir oleh Ahmad Mansur Suryanegara, akibat dari kurangnya informasi yang bersumber dari fakta peninggalan agama Islam di Nusantara.

Inskripsi tertua tentang Islam tidak menjelaskan tentang kapan masuknya Islam di Nusantara. Pada inskripsi tertua itu hanya membicarakan tentang adanya kekuasaan politik Islam, Samudera Pasai pada abad ke-13 Masehi. Inskripsi sendiri merupakan ukiran atau cap kata-kata batu monumen, uang logam, dan lain-lain.

Teori Gujarat

Teori ini merupakan teori tertua yang menjelaskan tentang masuknya Islam di Nusantara. Dinamakan Teori Gujarat, karena bertolak dari pandangannya yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat, pada abad ke-13 M, dan pelakunya adalah pedagang India muslim.

Snouck Hurgronje lebih menitikberatkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan pada: Pertama, kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Nusantara.

Kedua, adanya kenyataan hubungan dagang India-Indonesia yang telah lama terjalin.

Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam yang terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dan Gujarat.
 

Teori Arab

Menurut teori Arab, Islam baru masuk pada abad 13 karena kenyataanya di Nusantara pada abad itu telah berdiri suatu kekuatan politik Islam, maka sudah tentu Islam masuk jauh sebelumnya yakni abad ke-7 Masehi  atau pada abad pertama Hijriyah.

Bila dihubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab kuno di dalamnya disebutkan al-Hind sebagai India atau pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, maka besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia.

Bahkan sebagai bangsa asing yang pertama datang ke Nusantara.
Karena bangsa India dan Cina baru mengadakan hubungan  dengan Indonesia pada abad 1 M.

Sedangkan hubungan Arab dengan Cina terjadi jauh lebih lama, melalui jalan darat menggunakan "kapal sahara", jalan darat ini sering disebut sebagai "jalur sutra", berlangsung sejak 500 SM. Adapun kapal sahara adalah sebutan untuk tunggangan yang menggunakan unta, kuda (hewan-hewan).

Teori Persia

Pencetus teori ini adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat. Teori ini berpendapat bahwa agama Islam yang masuk ke Nusantara berasal dari Persia, singgah ke Gujarat sekitar abad ke-13.

Nampaknya fokus pandangan teori ini berbeda dengan teori Gujarat dan Makkah, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya, serta Madzhab Syafi'i-nya.

Teori yang terakhir ini lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia.

Proses Islamisasi di Indonesia

Islam tersebarkan dengan cara damai bukan dengan kekerasan apalagi dengan pedang.

Islam masuk seirama dengan budaya setempat. Islam tidak melakukan perubahan secara radikal, bahkan Islam dijadikan stabilisator apabila situasi politik sedang mengalami ketidak-stabilan karena perebutan kekuasaan antara beberapa kalangan.

Badri Yatim mengutip pendapat Candarsasmita yang mengatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai melalu enam cara berikut:

Perdagangan

Pada tahap awal, jalur perdagangan adalah satu-satunya jalan yang paling memungkinkan, karena lalu-lintas perdagangan memang telah ramai sejak abad ke-7 sampai abad ke-16 M.

Jalur ini sangat menguntungkan karena para raja-raja juga terlibat dalam aktifitas perdagangan ini, bahkan mereka merupakan pemilik kapal dan saham. 

Selanjutnya jalur ini menjadi lebih penting dan strategis karena sebagaian dari mereka adalah penguasa, sehingga proses Islamisasi lebih mudah terlaksana.

Pernikahan


Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim mempunyai status yang lebih baik daripada dengan mayoritas penduduk pribumi, sehingga penduduk pribumi dan khususnya para putri raja tertarik untuk menjadi istri para saudagar.

Sebelum mereka menikah, biasanya putri ini diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, dengan otomatis tentu saja lingkungan dan penduduk muslim pun semakin luas hingga mereka bisa membentuk pemukiman yang akhirnya terbentuklah kerajaan-kerajaan Islam.

Jalur ini menguntungkan karena dengan keterlibatan kalangan istana dan keturunannya akan mempercepat proses Islamisasi.

Demikianlah yang dilakukan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila (Putri dari Adipati Tuban), Sunan Gunung Jati dengan Putri Kawungten serta Brawijaya V dengan Putri Campa (Putri Kiai Batong) yang nantinya lahir Raden Fatah (raja pertama Kerajaan Demak).


Tasawuf

Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan ajaran agama bercampur dengan kebudayaan yang telah masyarakat kenal sebelumnya. Para muballig ini juga mahir dalam ilmu kebatinan dan pengobatan.

Dengan cara dan jalur ini, Islam menyebar dengan cara yang menyentuh dan memberi kesan damai. Di antara mereka ini adalah Hamzah Fansyuri di Aceh, Sekh Lemang Abang dan Sunan Panggung di Jawa.

Pendidikan

Penyebaran agama Islam juga dilakukan melalu jalur Pendidikan seperti pesantren meskipun dalam arti yang lebih sederhana. Di pesantren atau pondok, para kiai dan guru mengajar dan menyebarkan ajaran Islam.

Santri-santri yang telah menamatkan kajiannya akan keluar dan wajib menyebarkan ajaran Islam. Contoh pesantren ini adalah seperti pesantren milik Sunan Ampel di Ampel, dan Sunan Giri di Giri.

Kesenian


Penyebaran dakwah melalui kesenian maksudnya adalah menyampaikan dakwah ajaran Islam melalui kesenian yang telah ada dan dekat dengan masyarakat setempat. Di Jawa, media utamanya adalah wayang.

Dalam hal ini Sunan Kalijaga adalah salah satu sunan yang ahli memainkan wayang. Setiap kali penonton ingin menyaksikan pertunjukannya, beliau meminta mereka untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Namun beliau tidak mengatakan bahwa itu merupakan ucapan bagi orang yang akan masuk agama Islam. Selanjutnya dalam setiap lakon yang dimainkan, seperti kisah Mahabrata dan yang lainnya, maka beliau akan menyelipkan nama tokoh Islam.

Tanpa disadari, kepada para penonton telah diperkenalkan beberapa ajaran Islam. Cara ini ternyata sangat efektif, karena para penonton tidak merasa terpaksa untuk mengikuti dakwah dan ajaran yang disebarkan melalui media wayang.

Politik dan Kekuasaan


Di kepulauan Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan para penduduk masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu, sehingga peran dan partisipasi raja sangat membantu proses islamisasi di daerah tersebut.

Sebab-Sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia

Dalam waktu yang relatif cepat, ternyata agama baru ini dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja.

Sehingga penganut agama ini pada akhir abad ke-6 H (abad ke 12 M), dan tahun-tahun selanjutnya berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesia yang ditakuti dan diperhitungkan.

Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di Indonesia. Menurut Dr. Adil M Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam dari Timur Tengah, dalam bukunya Urubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia alhindu wa Indonesia, menyatakan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan islam berkembang cepat Indonesia, yaitu sebagai berikut:

Faktor Agama

Faktor agama, yaitu akidah Islam itu sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam sistem kasta yang diajarkan Hindu.

Masyarakat yang diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena takwanya.

Mereka juga sama di dalam hukum, tidak ada yang teristemewakan meskipun ia keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara, bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga toleransi.

Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang dikenal dunia dewasa ini. Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik.

Faktor Politik

Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh pertarungan negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu.

Hal tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang dipandang mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu.

Hal itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman dibangkitkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang dahsyat. 

Faktor Ekonomi


Faktor ekonomis yang pertama diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar.

Ternyata orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang, tetapi di anatara mereka terdapat para penguasa negara, pejabat negara dan kaum bangsawan.

Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan India hampir seluruhnya dikuasai pedagang Arab, maka para pedagang Indonesia yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai agen-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka masuk Islam.

Dalam waktu yang relatife cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga kaum bangsawan.

Faktor-Faktor Mudahnya Islam Diterima Masyarakat Indonesia


Ada beberapa faktor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:

• Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama Islam.
• Agama Islam tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta.
• Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relatif damai (tanpa melalui kekerasan).
• Sifat bangsa Indonesia yang ramah-tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
• Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.

Faktor-faktor di atas didukung pula dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah merupakan sebuah kewajiban. 

Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan mendapat pengikut yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan teori masuknya Islam di Indonesia.

Terlepas dari perbedaan teori-teori masuknya Islam ke Indonesia, tapi kita sampai pada satu kesimpulan yang sama. Kesimpulan bahwa dahulu semangat penyebar agama Islam di Nusantara senantiasa diaplikasikan dengan cara yang baik. Oleh karenanya, Islam diterima dengan cara yang baik pula.

Kini, bisakah kita sebagai penganutnya selalu mengaplikasikan kebaikan itu tanpa terseret arus liberal?


Daftar Rujukan

Drs. Samsul Munir Amin, M.A. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah
Taufik Abdullah. 1991. Sejarah Ummat Islam Indonesia. Jakarta: MUI
Uka Tjandrasasmita. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka

p.s: Makalah ini diunggah hanya sebagai bacaan ilmu pengetahuan. Harap digunakan dengan bijak, ya. Jangan dicopas untuk tugas ya dek-adek. :) . Salam semangat peradaban Islam dan persatuan Indonesia.




Post a Comment

0 Comments