![]() |
@indagustipr |
Assalamualaikum, apa kabar? Sudah lama nda nyapa jenengan. Bagaimana Syawal tahun ini? Apakah sama seperti kulo yang sering ditagih ‘kapan nikah?’ hihi…
Tahun ini tepatnya di bulan
Februari, ijazah S1 saya sampun keluar. Dengan ini, saya telah dinyatakan
sebagai sarjana. Yah, walaupun rada telat dan gagal apply beasiswa yang
diinginkan, tapi nda apa-apa. Every delay, there’s khayr, Insyaallah.
Tahun ini, ada beberapa keluarga dan
teman yang ingin nyomblangin dan jodohin saya. Tapi saya tolak halus semuanya.
Enggi, ada suatu hal yang membuat saya belum siap untuk menjalani sebuah
pernikahan, dan saya sedang berusaha keras menatanya kembali.
Apakah jenengan salah satu yang
hendak dicomblangin ke saya; ataukah orang asing; atau justru teman lama, hanya
Allah yang tahu. Yang jelas, bagi saya; pernikahan adalah hal yang sakral dan
suci. Maka dari itu, harus dimulai dengan cara yang baik dan suci. Dan saya
berharap jenengan berprinsip sami dengan saya.
Antara Do’a,
Ikhtiar dan Merajut Harapan
Saya sering ditanya teman soal
jodoh; kok bisa sesantai itu? Dengan tersenyum, saya menjawab bahwa urusan
jodoh sudah ditata Allah Swt. Saya cukup mendoakannya, sembari mengusahakannya.
Saya bilang, jomlonya saya ini saya tidak hanya berdiam diri, tapi sambil lalu
mempersiapkan diri. Belajar munakahat, belajar parenting, mengumpulkan doa;
merajut harapan-harapan baik.
Insyaallah, Allah akan mempertemukan
kita di waktu yang baik; dengan cara yang baik. Lalu, apa yang perlu dirisaukan
lagi?
Akhir kata, semoga senantiasa sehat dhohir dan batin ghi. Tetap sholih, dan semangat berjuang di jalan kebaikan nan barokah.
Wassalamualaikum.
Pamekasan, 15 Syawal 1442 H
Salam Takdzim, Alfi.
0 Comments